Rabu, 29 Februari 2012

Berpikir menyababkan kurus??


  • Pikir tentang bagaimana Anda akan terlihat, dan apa yang Anda rasakan sebulan setelah mencapai berat badan yang Anda inginkan. Kemudian, visualisasikan diri Anda tiga bulan setelah itu, dan enam bulan sesudahnya. Usahakan meluangkan waktu satu menit untuk memvisualisasikan diri Anda seperti ini, sebelum tidur malam dan ketika bangun tidur (saat masih dalam kondisi mengantuk). Emosi positif seperti ini membantu memberi keyakinan pada kemampuan Anda untuk sukses.
  • Tulis secara spesifik apa yang ingin Anda capai. Apakah agar bisa memakai pakaian dengan ukuran M lagi? Apakah agar lingkar pinggang jeans favorit Anda tak terasa sempit lagi? Kemudian, tulis apa yang Anda siapkan untuk mencapai hal tersebut. Misalnya, akan mengurangi porsi makan, atau akan mulai rutin jogging. Baca keras-keras pernyataan Anda ini dua kali sehari.  
  • Identifikasi pikiran dan perilaku yang mungkin menghambat Anda dalam mencapai tujuan di masa lalu. Buat daftar berisi hal-hal yang membuat Anda gemuk, seperti terlalu banyak ngemil atau tidak disiplin mengatur pola makan. Lalu tulis daftar berisi kebiasaan baru untuk mengubah hal-hal tersebut, contohnya hanya ngemil pukul 16.00 atau menambah porsi sayur setiap hari.

  • Catatmengenai makanan yang Anda konsumsi setiap hari. Menurut penelitian, meskipun Anda tidak dengan sengaja membatasi asupan makanan, jurnal makanan seperti ini membuat Anda lebih sadar apa yang Anda makan. 
  • Luangkan waktu bersama orang-orang yang berprinsip sama, yang sudah atau ingin mencapai tujuan yang sama. Dengan siapa Anda menghabiskan waktu sehari-hari sangat memengaruhi perilaku Anda lho, karena pikiran bahwa sadar Anda akan terus memproses pengalaman mereka maupun Anda.
  • Ikuti dua aturan makan sederhana ini: jangan menggunakan makanan sebagai hadiah; makanlah hanya ketika tubuh membutuhkan energi, dan berikan "bahan bakar" terbaik untuk energi tersebut. Kemudian, jangan pernah membatasi diri Anda untuk makan sesuatu, karena hasilnya hanya membuat Anda ingin makan lebih banyak.

Nah, silakan mencoba :) :)

Senin, 27 Februari 2012

PRO DAN KONTRA PUBLIKASI JURNAL


KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tampaknya mulai melunak terkait kewajiban publikasi jurnal ilmiah sebagai syarat kelulusan S-1, S-2, dan S-3. Ketentuan itu diedarkan melalui surat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada 27 Januari. Pro dan kontra datang dari kalangan perguruan tinggi. Pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh, Senin (27/2/2012), menyiratkan bahwa ketentuan tersebut hanya bersifat dorongan. Nuh mengatakan, surat edaran Ditjen Dikti memang tak memiliki kekuatan hukum.

"Surat edaran Dikti memang tidak ada kekuatan hukum. Tapi kita mendorong ke arah sana," kata Nuh kepada para wartawan di sela-sela Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK), di Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Kemdikbud, Bojongsari, Depok, Senin (27/2/2012).

Akan tetapi, menurutnya, aturan itu berbanding lurus dengan upaya memperbanyak produksi jurnal ilmiah. Nuh mengungkapkan, jurnal ilmiah yang dihasilkan mahasiswa saat ini masih sangat rendah dan tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa. Jumlah produksi jurnal ilmiah Indonesia hanya sepertujuh dari jurnal ilmiah yang diterbitkan negara tetangga Malaysia.

Sementara itu, Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTN) Idrus Paturusi menjelaskan, MRPTN dan Dirjen Dikti telah menyepakati surat edaran itu hanya sebagai dorongan. Ia mengatakan, karena sifatnya hanya dorongan, maka tidak ada sanksi bagi mahasiswa yang tidak menjalankannya.

Artinya, kata dia, mahasiswa yang bersangkutan tetap bisa lulus meski makalahnya gagal diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

"Tidak ada sanksi untuk itu. Hanya mendorong agar mahasiswa membuat makalah dan memasukannya ke jurnal. Baik jurnal internal kampus maupun internasional," kata Idrus.

Ia menegaskan, surat edaran itu hanya bersifat dorongan untuk membangun kesadaran menulis. Akan tetapi, predikat kelulusan tetap akan berbeda antara mahasiswa yang berhasil dengan mahasiswa yang gagal melakukan publikasi makalah dalam jurnal ilmiah. Gagalnya publikasi makalah dalam jurnal ilmiah akan berpengaruh pada penilaian akhir.

Seperti diberitakan, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemdikbud mengeluarkan surat edaran yang mewajibkan seluruh mahasiswa (S-1, S-2, dan S-3) melakukan publikasi makalah dalam jurnal ilmiah. Alasan utamanya adalah untuk merangsang budaya analisis dan penulisan ilmiah di lingkungan perguruan tinggi.


Publikasi jurnal sebenarnya bukan hal yang sulit, hal ini bisa meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Namun, harus diimbangi dengan pembangunan infrastruktur, terutama untuk universitas swasta. Semangat mahasiswa Indonesia :D